Minggu, 06 Maret 2016

Musibah Bencana Alam Terdahsyat Di Indonesia

Bismillahirrahmanirrahiim....

Bukannya pengen nakut-nakutin apalagi pamer bahwa saya sebagai seorang muslim, (insya Allah) 'ANTI ADZAB'. Tapi saya hanya mau sekedar sharing opini serta peringatan, agar jangan sampai Indonesia hancur cuma gara-gara di adzab sama Tuhan, bukan karena kebodohan dan rasa malas. huft :-? kan rugi???

Haha 'SAKRATIS' banget kedengarnya yach??? Sorry-sorry hehe :-D

Tapi sudah tidak bisa dipungkiri bahwa nasib Indonesia saat ini tengah diujung tanduk, mau sampai kapan Indonesia terus begini??? Gak ada yang mau perduli akan nasib bangsa dan negaranya sendiri, yang ada hanya keinginan untuk saling menghancurkan satu sama lainnya??? AYO INDONESIA saatnya untuk BANGKIT!!!

Sudah cukup banyak bukti-bukti yang menunjukkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla terhadap hamba-hamba-Nya. Laksana deru cemeti yang memaksa bangsa ini untuk bangkit dari keterpurukan dan kembali kepada jalan-Nya yang lurus (petunjuk yang hak/benar) - ISLAM. So, apalagi yang ditunggu??? Apalagi yang masih harus dicari kejelasan-Nya??? Keraguan yang mana lagi, yang tersisa didalam benak kamu tentang kebenaran Islam???

Yeah selama ini sebagian besar orang mungkin berkilah, bahwa serentetan bencana alam yang menimpa Indonesia berasal dari fenomena alam biasa atau akibat ulah campur tangan manusia, bukan adzab dari Tuhan! Apalagi jika ditinjau secara geografis, Indonesia yang indah serta subur ini dikelilingi oleh lempengan ratusan gunung berapi (Ring of Fire), ibarat syurga diatas tungku neraka. So, gak ada hubungannya dunk sama adzab Tuhan yang disebabkan karena dosa-dosa manusia ??? :P

Ring of Fire, Gambar: Wikipedia

Logika yang pertama, bahwa bencana itu akibat ulah manusia atau Human Error.

Yups, keserakahan manusia lah yang menjadi faktor utama terjadinya bencana, seperti bencana lumpur Lapindo, banjir bandang Wasior, tragedi Situ Gintung, dlsb. Bukan Tuhan! Tapi hal itu terjadi diakibatkan karena kebanyakan manusia lalai dari ibadahanya kepada Tuhan, sehingga Allah mencabut segala nikmat yang pernah Ia berikan selama ini melalui tangan-tangan serakah manusia itu sendiri, sekaligus menjadikannya pelajaran bahwa serakah itu tidak baik. Dan U tahu kan, bahwa Allah lah yang Menjaga serta Memelihara langit dan bumi beserta isinya??? Pikirkan jika Allah mencabut perlindungan-Nya dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh campur tangan manusia, yach seperti itulah jadinya. :-?

Logika yang kedua, bahwa bencana itu berasal karena peristiwa fenomena alam belaka yang disebabkan karena keadaan gegrafis dan geologis negara Indonesia. Maksudnya bahwa segala peristiwa kejadian alam itu adalah resiko yang sudah sewajarnya bangsa ini terima, karena keadaan geografis Indonesia yang memang rawan tsunami, gempa dan gunung meletus.

Hmph :-?, sesungguhnya alam memang selalu mengikuti kehendak Tuhannya, begitu Tuhannya memerintahkannya untuk meledak, maka meledaklah. Begitu juga sebaliknya, begitu Allah perintahkan alam ini untuk tunduk, maka tunduklah seluruh alam semesta. Allah adalah satu-satunya Dzat yang menggenggam kekuasaan absolut di atas muka bumi.

Coba baca dengan perlahan-lahan, kemudian renungkan makna dari firman-firman Allah Ta'ala ini:

a. Cobaan terhadap kaum Nabi Hud 'Alaihi salam dan Nabi Shaleh 'Alaihi salam

"Dan (juga) kaum 'Aad dan Tsamud, dan sungguh telah nyata bagi kamu (kehancuran mereka) dari (puing-puing) tempat tinggal mereka. Dan syaitan menjadikan mereka memandang baik perbuatan-perbuatan mereka, lalu ia menghalangi mereka dari jalan (Allah), sedangkan mereka adalah orang-orang berpandangan tajam," (Al-Ankabut [29], ayat 38 - berita dari Allah tentang kelalaian umat manusia terhadap perintah serta larangan-Nya)

b. Cobaan terhadap kaum Nabi Musa 'Alaihi salam

"Dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)." (Al-Ankabut [29], ayat 39 - berita dari Allah tentang orang-orang yang serakah dan takabur terhadap segala hukum-hukum Allah diatas muka bumi)

c. Perlawanan terhadap kebenaran pasti hancur

"Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri." (Al-Ankabut [29], ayat 40 - berita dari Allah tentang kebenaran ancaman adzab-Nya yang keras)

Sudah jelas, kan... klo saya gak nakut-nakutin kamu. Saya hanya ingin menyampaikan berita-berita penting dari atas Langit tentang 'keluguan' umat manusia, supaya mereka tidak selalu berada didalam jeratan tipu muslihat syaitan-syaitan yang terkutuk, yang menyebabkan para syaitan itu tetap leluasa menebarkan segala kebusukan, teror, penipuan, serta kesesatan kepada orang-orang yang tidak memiliki keyakinan akan kebenaran-kebenaran ajaran agama Tuhan (Agama Tauhid). Kan Oon keliatannya, sudah jatuh (bruk) ketiban tangga pula (huadaw).

Ok! silakan sisanya kamu baca lagi artikel keren saya sebelumnya: Misteri Dibalik Musibah Berdarah

Kutipan sejarah fenomena bencana alam terdahsyat yang pernah terjadi di Indonesia:

1. Tsunami Aceh tahun 2004

Gempa bumi Samudra Hindia adalah gempa bumi megathrust bawah laut yang terjadi pukul 00:58:53 UTC pada hari Minggu, 26 Desember 2004, dengan episentrum di lepas pesisir barat Sumatera, Indonesia. Hiposentrum gempa utamanya kira-kira terletak di Samudra Hindia, 160 km (100 mil) di sebelah utara pulau Simeulue, lepas pantai barat Sumatera Utara, pada kedalaman 30 km (19 mil) di bawah permukaan laut (awalnya dilaporkan 10 km (6.2 mil)). Bagian utara megathrust Sunda patah sepanjang 1.300 km (810 mil). Gempanya diikuti gelombang pasang tsunami yang secara bersamaan mengguncang Bangladesh, India, Malaysia, Myanmar, Thailand, Singapura, dan Maladewa. Patahan splay atau "patahan muncul" sekunder menyebabkan sebagian dasar laut yang panjang dan sempit naik dalam hitungan detik. Peristiwa tersebut segera menambah ketinggian dan kecepatan gelombang, sehingga terjadi kehancuran total di kota Lhoknga, Indonesia.

Gempa bumi ini terjadi ketika lempeng Hindia disubduksi oleh lempeng Burma dan menghasilkan serangkaian tsunami mematikan di pesisir sebagian besar daratan yang berbatasan dengan Samudra Hindia. Dengan kekuatan 9,1–9,3 Scala Richter, gempa ini merupakan yang terbesar ketiga yang pernah tercatat di seismograf dan memiliki durasi terlama sepanjang sejarah, sekitar 8,3 sampai 10 menit. Gempa tersebut mengakibatkan seluruh planet Bumi bergetar 1 sentimeter dan menciptakan beberapa gempa lainnya sampai wilayah Alaska. Episentrum gempa berada di antara Simeulue dan daratan Sumatera.

Gelombang tsunami yang puncak tertingginya mencapai 30 m (98 kaki) ini menewaskan lebih dari 230.000 orang di 14 negara dan menenggelamkan banyak permukiman tepi pantai. Ini merupakan salah satu bencana alam paling mematikan sepanjang sejarah. Sementara itu data jumlah korban tewas di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Kementerian Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut kantor berita Reuters, jumlah korban Tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu 16/1/2005). Sedangkan total luka-luka sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh dan Sumatera Utara.

Penderitaan yang dialami masyarakat dan pemerintah korban bencana membuat seluruh dunia mengirimkan bantuan kemanusiaan. Secara keseluruhan, masyarakat dunia menyumbangkan lebih dari US$14 miliar (nilai tahun 2004) untuk bantuan kemanusiaan.

Ada beberapa pihak yang berasumsi bahwa gempa tsunami di Aceh merupakan rekayasa tangan manusia menggunakan bom berdaya ledak dahsyat (Thermo Nuklir). Tapi seandainya gempa tersebut merupakan ledakan bom, tentu tidak akan menghasilkan serangkaian gelombang Tsunami sepanjang pantai 13 negara dan laut lepas Samudera Hindia, melainkan gelombang dengan gerak sentrifugal dan akan meninggalkan bekas kawah ledakan bom yang sangat luas pada permukaan dasar laut, tidak berbentuk lempengan permukaan laut yang patah akibat tersubduksi. Fakta kedua adalah bom tersebut seharusnya dipasang melintang sepanjang kurang lebih 1000 km didasar laut dan harus ditanam hingga dikedalaman kurang lebih 10-30 km dibawah permukaan laut, jika tidak maka hasil gelombang pasang yang dihasilkan tentu tidak sebesar itu. Sesuatu hal yang nyaris mustahil dilakukan oleh manusia, seandainya bisa pun, pasti memerlukan waktu persiapan yang tidak sebentar serta biaya yang sangat besar.

Belum lagi, ada juga yang skeptis bahwa penggunaan energi Nuklir pasti menimbulkan efek lain, yaitu radiasi yang membawa banyak efek negatif bagi lingkungan maupun manusia di lokasi bencana.



2. Gempa Yogyakarta tahun 2006

Gempa mengguncang Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006, kurang lebih pukul 05.55 WIB selama 57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada Scala Richter. Secara umum posisi gempa berada sekitar 25 km selatan-barat daya Yogyakarta, 115 km selatan Semarang, 145 km selatan-tenggara Pekalongan dan 440 km timur-tenggara Jakarta. Walaupun hiposenter gempa berada di laut, tetapi tidak mengakibatkan tsunami. Gempa yang telah mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya, dirasakan ke barat sampai Banyumas, utara sampai Semarang dan Blora sedangkan timur sampai Madiun. Gempa ini termasuk gempa tektonik, bukan volkanik sehingga tidak ada kaitannya dengan aktifitas merapi yang tengah meletus pada saat itu.

Dalam hal korban jiwa, gempa pagi hari yang "membangunkan" warga Yogyakarta dan sekitarnya itu menewaskan 6.234 orang, puluhan ribu orang luka-luka dan menghancurkan ratusan ribu rumah. Karena masih tergolong pagi hari, gempa ini membuat banyak orang terperangkap di dalam rumah, khususnya anak-anak dan orang tua yang kemungkinan tidak sempat menyelamatkan diri ketika gempa belangsung.

Situs-situs kuno yang berada dilokasi sekitar gempa pun juga tidak luput dari kerusakan, seperti:

  • Candi Prambanan mengalami kerusakan yang cukup parah dan ditutup sementara untuk diteliti lagi tingkat kerusakannya. Kerusakan yang dialami candi Prambanan kebanyakan adalah runtuhnya bagian-bagian gunungan candi dan rusaknya beberapa batuan yang menyusun candi.
  • Makam Imogiri juga mengalami kerusakan yang cukup parah. Beberapa kuburan di Imogiri amblas, lantai-lantai retak dan amblas, sebagian tembok dan bangunan makam yang runtuh, juga hiasan-hiasan seperti keramik yang pecah.
  • Salah satu bangsal di Kraton Yogyakarta, yaitu bangsal Trajumas yang menjadi simbol keadilan ambruk.
  • Candi Borobudur yang terletak tak jauh dari lokasi gempa tak mengalami kerusakan berarti.
  • Obyek Wisata Kasongan mengalami kerusakan parah saperti Gapura Kasongan yang patah di kiri dan kanan gapura dan ruko-ruko kerajinan keramik yang sebagian besar rusak berat bahkan roboh.



3. Bencana Banjir Besar Jakarta tahun 2007

Banjir Jakarta 2007 adalah bencana banjir yang menghantam Jakarta dan sekitarnya sejak 1 Februari 2007 malam hari. Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari, ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.

Pantauan di 11 pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, 2 Februari, malam itu mencapai rata-rata 235 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 340 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 235 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan 100 tahun dengan probabilitas kejadiannya 20 persen.

Banjir 2007 ini lebih luas dan lebih banyak memakan korban manusia dibandingkan bencana serupa yang melanda pada tahun 2002 dan 1996. Sedikitnya 80 orang dinyatakan tewas selama 10 hari karena terseret arus, tersengat listrik, atau sakit. Kerugian material akibat matinya perputaran bisnis mencapai triliunan rupiah, diperkirakan 4,3 triliun rupiah. Warga yang mengungsi mencapai 320.000 orang hingga 7 Februari 2007.

Pada gambar 2, nampak lebih jelas ketangguhan delman dalam menghadapi situasi banjir ketimbang pesaingnya.

4. Gempa Padang tahun 2009

Gempa Bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala Richter di lepas pantai Sumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30 September 2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota Padang. Gempa juga menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok, dan Kabupaten Pasaman Barat.

Menurut data Satkorlak PB, sebanyak 1.117 orang tewas akibat gempa ini yang tersebar di 3 kota dan 4 kabupaten di Sumatera Barat, korban luka berat mencapai 1.214 orang, luka ringan 1.688 orang, korban hilang 1 orang. Sedangkan 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, dan 78.604 rumah rusak ringan.



5. Tragedi Danau Situ Gintung tahun 2009

Tanggul danau Situ Gintung di daerah Cirendeu, Ciputat, Tangerang, Provinsi Banten jebol, pada hari Jumat tanggal 27 Maret 2009 dini hari, wilayah Situ Gintung mengalami hujan deras yang menyebabkan pihak keamanan memberikan peringatan bahaya banjir sekitar pukul 02.00 WIB. Akibatnya danau seluas 21 hektar yang dibangun pada jaman pendudukan Belanda tahun 1932 – 1933 itu bobol. Sekitar pukul 04.00 WIB, tanggul selebar 30 m dengan ketinggian 6 m tersebut menumpahkan volume air kurang lebih 2,1 juta meter kubik ke daerah pemukiman penduduk yang berada di bawah waduk Situ Gintung yang permukaannya memang berada tepat dibawah danau.

Hingga Sabtu, tanggal 28 Maret 2009, korban tewas diperkirakan 85 orang dan kemungkinan korban akan bertambah lagi karena masih ada beberapa keluarga yang kehilangan sanak saudaranya. Demikian pula hancurnya ratusan rumah tersapu oleh air bah bagaikan gelombang tsunami kecil, juga harta benda yang dimiliki oleh penduduk sekitar. Bahkan mobil-mobil pun ikut terseret oleh air bah tersebut.

Gambar 1 (Situ Gintung Before/After)
Gambar 2 (Aliran arus air): SIGI - SCTA
Gambar 3 (Masjid yang tetap berdiri kokoh)

6. Bencana Lumpur Lapindo, Sidoarjo tahun 2010

Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau lebih dikenal sebagai bencana Lumpur Lapindo, adalah peristiwa menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc. di Dusun Balongnongo, Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, sejak tanggal 29 Mei 2006. Sedangkan Lapindo Brantas Inc. adalah salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang ditunjuk BPMIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi di Indonesia. Bencana ini terjadi disebabkan karena Human Error, yaitu kesalahan dalam memperkirakan lokasi pengeboran. Target Lapindo yang sebenarnya adalah daerah Kijing, tapi pengeboran justru masuk ke daerah Klitik yang daerahnya agak rawan, belum lagi tidak dipasang casing diatasnya. Di daerah ini, pengeboran mendapat tekanan semburan liar dari bawah tanah, yang kemudian meluap karena tidak dapat dicegah.

Semburan lumpur yang sampai dengan bulan Oktober 2006 belum berhasil dihentikan, telah menyebabkan tutupnya tak kurang dari 10 pabrik dan 90 hektar sawah serta pemukiman penduduk tak bisa digunakan dan ditempati lagi. Banjir Lumpur panas selain mengganggu jadwal perjalanan kereta api dari/dan ke Surabaya, juga menyebabkan jalan tol Surabaya-Gempol ditutup untuk ruas Gempol-Sidoarjo sehingga menyebabkan kemacetan luar biasa di jalur dari dan menuju ke Surabaya. Jalur tol pengganti kini mulai dibangun karena kemacetan lalu-lintas di jalur ini sangat mengganggu perekonomian Jawa Timur. Para pakar geologi menyatakan semburan lumpur bercampur gas tetap akan berlangsung selama 33 tahun. Kerugian akibat bencana ini diperkirakan berjumlah Rp 50-500 miliar per hari atau kurang lebih Rp 33 triliun per tahun.

Gambar 1 (Lumpur Lapindo Pertama Kali Muncul, Masih terlihat Perkampungan), Gambar 2 (Perumahan warga menjadi korban), Gambar 3 (Lumpur Lapindo hampir menenggelam pabrik-pabrik yang berada di sekitarnya), Gambar 4 (Semburan api pipa gas berlafazh Allah)

Firman Allah: "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (Ar-Ruum [30]: 41)

Sebelumnya, seperti yang dikutip oleh TEMPO Interaktif, pipa gas milik Pertamina yang ditanam di bawah tanggul penahan lumpur Lapindo pernah meledak sekitar pukul 20.00 pada tanggal 22 November 2006. Pipa meledak diperkirakan karena terendam lumpur yang bersuhu hingga 80 derajat celcius.

Akibat kejadian ini dua orang meninggal. Salah satu korban adalah Kapten Afandi, 49 tahun, Komandan Koramil Balongbendo, Porong, dan karyawan dari Timnas Penanggulangan Lumpur yang belum diketahui namanya dan mayatnya mengapung di atas lumpur. Dua puluh orang lainnya dilarikan ke rumah sakit. Sepuluh orang menderita luka bakar dan sepuluh lainnya karena sesak napas akibat gas beracun H2S.

Seorang pekerja PU yang tergabung dalam Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur Sidoarjo diam-diam berhasil mengabadikan jilatan api yang cukup mecengengangkan. Bagaimana tidak! Tanpa disadarinya, hasil bidikan fotografer amatir yang namanya dirahasiakan itu menunjukkan keagungan Tuhan Yang Maha Esa.

Kok bisa? Api yang membubung setinggi hampir 1 km itu ternyata sempat membentuk lafal Allah dalam tulisan Arab beberapa saat. Selain itu, api itu juga menunjukkan gambar logo lama perusahaan minyak negara, PT Pertamina: kuda laut.


7. Bencana Banjir Bandang Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat tahun 2010

Banjir bandang terjadi, karena kerusakan hutan di Wasior, sehingga hujan tiada henti yang terjadi sejak Sabtu, 2 Oktober 2010 hingga Minggu, 3 Oktober 2010 menyebabkan Sungai Batang Salai yang berhulu di Pegunungan Wondiwoy meluap. Karena daerah resapan air hujan semakin berkurang disebabkan pembabatan hutan, akibanya saat hujan turun air tersebut tidak bisa terinfiltrasi melainkan menjadi limpasan permukaan sehingga mengakibatkan air sungai meluap dan terjadilah banjir bandang.

Banjir yang terjadi menyebabkan banyak infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan juga menimpa rumah warga, rumah sakit, jembatan, dan juga beberapa gereja. Kerusakan yang terjadi disebabkan banjir yang terjadi membawa serta batu-batuan besar, batang-batang pohon, dan lumpur. Bencana banjir bandang yang terjadi juga mengganggu hubungan komunikasi, terputusnya jaringan listrik, dan aktivitas masyarakat lumpuh.

Menurut Irhash Ahmady, Manajer Desk Bencana Eksekutif Walhi (Wahana Lingkungan Hidup) yang dikutip oleh media Kompas.com: "PT WMT merupakan pemegang usaha kayu terbesar di Papua. Di Teluk Wondama, lokasi perambahannya mencapai 178 ribu hektar. Tercatat pula, lokasi lainnya di Kabupaten Sarni dan Kabupaten Yapen Waropen.

Penilaian ini bukannya tidak berdasar, Walhi mendapati ratusan gelondongan kayu disertai lumpur dan batu besar bertebaran di seluruh Wasior I, Wasior II, Kampung Rado, Kampung Moru, Kampung Maniwak, Kampung Manggurai, Kampung Wondamawi, dan Kampung Wondiboi. Ini menambah fakta bahwa memang kerusakan hutan di wilayah hulu menjadi penyebab utamanya."

Banjir bandang juga menyebabkan 158 orang tewas dan 145 orang masih dinyatakan hilang. Sementara sebagian besar korban luka-luka dibawa ke Manokwari dan Nabire. Sementara sebagian korban luka lainnya dan warga yang selamat ditampung di tempat-tempat pengungsian. Akibat banjir yang terjadi yang merusak rumah warga dan infrastruktur banyak warga yang selamat memutuskan mengungsi ke Manokwari dengan menggunakan kapal laut.

Gambar 2 dan 5 (Pasca Banjir Bandang Wasior)

8. Bencana Tsunami Mentawai tahun 2010

Gempa bumi Kepulauan Mentawai, pada tanggal 25 Oktober 2010, tsunami ini di dahului dengan gempa yang berskala 7,5 Skala Richter yang terjadi pada malam hari pukul 21.24 waktu lokal.

Pada awalnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami, tetapi kemudian dicabut setelah kemungkinan ancaman tsunami berlalu. Juru bicara BMKG menyatakan, gempa bumi dirasakan di kota-kota terdekat, tapi tidak ada kerusakan maupun korban jiwa yang dilaporkan. BMKG menyatakan bahwa gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,2 Skala Richter. Namun, setelah peringatan dari BMKG dicabut, Tsunami-pun terjadi setinggi 3-10 Meter dan setidaknya menghilangkan 77 Desa di Kepulauan Mentawai. Berdasarkan laporan Pacific Tsunami Warning Center, gempa menyebabkan sebuah tsunami, yang dilaporkan melanda Resor Selancar Macaronis di Kepulauan Mentawai, yang menghantam dua perahu sewaan. Akibatnya 286 orang dilaporkan tewas dan 252 orang lainnya dilaporkan hilang, hal ini disebabkan terpencilnya lokasi (pulau hanya dapat dijangkau dengan kapal laut) sehingga membuat laporan korban mengalami keterlambatan.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Barat mencatat jumlah korban meninggal dalam bencana gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai mencapai 445 orang. Berdasarkan pemantauan Kompas.com, Sabtu (6/11/2010), data terakhir ini dikeluarkan per tanggal 5 November 2010, pukul 18.50 WIB. Korban meninggal terbanyak terdapat di Desa Betumonga, Kecamatan Pagai Utara. Data BPBD menunjukkan korban jiwa terbesar berasal dari dusun Muntei sebanyak 114 orang dan dusun Sabeugunggung sebanyak 121 orang.

Korban jiwa dalam jumlah besar juga dialami oleh masyarakat dusun Balerak Sok dan dusun Taparaboat, Desa Malakopa, Kecamatan Pagai Selatan. Di desa ini, korban jiwa mencapai 58 orang. Sementara itu, sisa korban jiwa lainnya tersebar di Desa Bosua dan Desa Beriuleu di Kecamatan Sipora Selatan, Desa Bulasat di Kecamatan Pagai Selatan, Desa silabu di Kecamatan Pagai Utara, serta Desa Taikako di Kecamatan Sikakap. BPBD juga mencatat jumlah penduduk yang masih belum ditemukan mencapai 58 orang. Sedangkan jumlah korban luka berat sebanyak 175 orang dan luka ringan sebanyak 325 orang. Penduduk yang mengungsi pun mencapai ribuan orang. BPBD mencatat jumlah pengungsi dari empat kecamatan di Mentawai yang menjadi korban keganasan tsunami mencapai 15.353 jiwa.

Gambar 1: Anak kembar, Nila dan Lili membawa buah kelapa untuk mereka minum airnya dari pohon kelapa di sekitar reruntuhan bangunan yang tersapu tsunami di Kampung Tumalei, Desa Silabu Kecamatan Saumanganya, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Minggu (31/10/2010). Warga meminum air kelapa sementara bantuan air bersih belum tiba. Mereka pun masih menggunakan air kotor karena sulitnya mendapatkan air bersih untuk kebutuhan MCK.

9. Bencana Meletusnya Gunung Merapi tahun 2010

Aktivitas seismik dimulai pada akhir September 2010, dan menyebabkan letusan gunung berapi pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010 sekitar pukul 17.02 WIB. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman dan menelan korban 43 orang (termasuk Mbah Maridjan), ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernapasan.

Jumlah korban tewas akibat sengatan awan panas Gunung Merapi terus bertambah. Jenazah-jenazah lainnya sementara waktu masih berada di ruang forensik RS Sardjito karena petugas masih melakukan identifikasi atas sejumlah jenazah karena ada beberapa yang belum dikenali. Di antara korban tewas itu terdapat jenazah Mbah Maridjan, yang juga juru kunci Gunung Merapi. Kakek 83 tahun ini ditemukan kaku dalam posisi sujud di dapur.

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert).

Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas". Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.

Gambar 1 (Wedus Gembel)
Gambar 5 (Jasad Mbah Maridjan ditemukan dalam posisi bersujud didapur): Dokumen MetroTA

10. Erupsi Gunung Kelud

Aktivitas letusan gunung Kelud ini memiliki histori yang sangat panjang, dimulai sejak tahun 1300 M, kemudian tahun 1901, 1919, 1951, 1966, 1990, 2007 dan terakhir 2014. Gunung Kelud telah meletus sebanyak lebih dari 30 kali, dengan letusan terbesar berkekuatan 5 Volcanic Explosivity Index (VEI).

Gunung Kelud berada di perbatasan antara Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar, dan Kabupaten Malang, kira-kira 27 km sebelah timur pusat Kota Kediri. Gunung ini akhirnya erupsi pada hari Kamis, 13 Februari 2014, pukul 23.00, dengan tipe ledakan (eksplosif) yang menyebabkan hujan kerikil yang cukup lebat dirasakan warga di wilayah Kecamatan Ngancar, Kediri, Jawa Timur, dan lokasi-lokasi tempat gunung berapi yang terkenal aktif ini berada, bahkan hingga kota Pare, Kediri. Hujan abu vulkanik akibat dampak letusan Gunung Kelud juga menerpa hingga sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Yogyakarta, yang berjarak lebih dari 200 km dari gunung Kelud.

Dan status tanggap daruratnya baru dicabut pada hari Jumat (14/3/2014). Menurut Gubernur Jawa Timur Soekarwo, pencabutan status tersebut juga setelah selesainya seluruh proses rehabilitasi rumah warga di semua daerah terdampak tuntas 100 persen. "Meski data rumah rusak di lapangan terus bertambah dari 8.000 menjadi 14.000 rumah, syukur bisa rampung sebelum satu bulan," katanya, Jumat (14/3/2014).

BNPB menyatakan, proses evakuasi terhadap warga yang terdampak letusan gunung Kelud, yaitu mereka yang tinggal di radius 10 km. Mereka yang diungsikan adalah warga dari 35 desa di sembilan kecamatan di Kabupaten Blitar, Kediri, dan Malang. "Jumlah penduduk terpapar sekitar 201.228 jiwa atau sekitar 58.341 jiwa kepala keluarga," ungkap data BNPB. Menurut BNPB, masyarakat yang tinggal di radius 15 km banyak yang kerja bakti membersihkan pasir dan abu di jalan, meskipun hujan abu masih berlangsung.

Ancaman hujan lahar dingin masih terjadi karena masih banyaknya material vulkanik yang berada di sekitaran gunung usai tersembur dari kawah saat erupsi. Sifat abu vulkanik yang membuat air tidak dapat terserap ke dalam pasir ketika terjadi hujan. Sehingga, jika hujan berintensitas tinggi, air hujan akan mendorong material itu ke dataran yang lebih rendah. Lahar hujan pernah menerjang kawasan Kepung dan Puncu, maupun Kandangan pada 18 Februari 2014. Selain merusak areal pertanian dan perikanan, sulitnya mendapatkan air bersih, juga menyebabkan sebuah jembatan penghubung Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang ditutup sementara karena meluapnya sungai. Di Kediri, 7.832 hektar lahan pertanian rusak.

Gambar 1 dan 2: Gunung Kelud saat meletus pada Kamis malam Jum’at 13 Februari 2014
Gambar 3: Penyebaran Material Vulkanik
Gambar 4: Banjir lahar dingin
Gambar 5: Salah satu bentuk tradisi spiritual atau kemusyrikan di kawah Gunung kelud
Gambar 6: Banjir lahar dingin di areal persawahan Blitar (KOMPAS Images)

Dikutip dari berbagai sumber.... wallahu a'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar