Selasa, 02 Februari 2016

Go To Langit Biru (Part Two) Moeslem

Bismillahirrahmanirrahim...

"I'm a moeslem..." - Bukan diungkapkan dengan penuh rasa bangga; karena muslim itu keren, muslim itu cerdas, muslim itu baik, dlsb. Melainkan diungkapkan dengan penuh perasaan bangga bahwa saya adalah termasuk orang-orang yang telah melakukan ibadah dengan tulus dan ikhlas hanya kepada Allah, Tuhan Yang telah Menciptakan saya, Merawat saya, Mendidik saya, Memberikan kepada saya segala macam bentuk kenikmatan, anugerah serta rahmat yang tak ada bandingannya, Membimbing saya untuk selalu berada di jalan kebenaran dan keadilan, yaitu jalan bagi orang-orang yang selamat (muslim).

Seharusnya tidak ada istilah perpecahan atau permusuhan diantara sesama muslim. Jika ada, berarti salah satu atau keduanya buruk atau kurang tingkat keimanan dan ketakwaannya.

Memang, biasanya akar permasalahan yang terjadi didalam tubuh Islam adalah level keimanan dan ketakwaan/level tauhid/level pemahaman aqidah/level kesabaran yang berbeda-beda (yang satu lebih tinggi dari yang lainnya atau level kedua-duanya sama-sama rendah). Dan mereka saling beranggapan bahwa merekalah yang lebih baik/sempurna didalam keIslamannya.


Seharusnya tak ada didalam tubuh Islam atau didalam hati sesama muslim yang saling memendam rasa cemburu/iri (walaupun hanya terbesit saja), perasaan saling membenci (dengki), takut, marah, kecewa, jauh, atau sikap arogan (sombong, berpikir bahwa dirinya lebih baik dan lebih benar), dlsb. Karena hakikat kebenaran itu hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan hanya Allah-lah yang Maha Berkehendak untuk memberikan petunjuk-Nya (kebenaran) kepada siapa saja dari hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki tanpa terkecuali.


Sesama muslim seharusnya beranggapan bahwa mereka adalah satu kesatuan, dimana kehancuran yang satu berarti kehancuran yang lainnya, dan kebaikkan yang satu berarti juga kebaikan untuk semuanya.

Sesama muslim seharusnya juga merasa satu prinsip dalam beribadah hanya kepada Allah, dalam menjaga amanah, dalam syi'ar (dakwah), dalam visi dan misi menegakkan agama Tauhid, dalam membangun bangsa dan negara, dlsb. Tidak ada seorang muslim pun yang beranggapan bahwa dirinya lebih baik dan lebih benar dari yang lainnya.

Sekalipun diantara mereka ada seseorang atau beberapa orang yang terlihat lebih menonjol atau berprestasi (lebih bijak, lebih cerdas, lebih rajin, lebih khusyuk, lebih fasih, lebih patriotis, lebih demokratis, dlsb). Sebagai muslim mereka akan senantiasa bersyukur kepada Allah Ta'ala, karena setiap amal perbuatan yang orang-orang muslim lakukan adalah demi kebaikan Islam berserta umat-umatnya, kebaikkan bagi bangsa dan negara, kebaikkan bagi perusahaan dan organisasi, dan lain sebagainya (bukan untuk kepentingannya sendiri -penj).

Setiap sesuatu yang dilakukan oleh sebagian muslim, baik itu hal kecil ataupun besar seharusnya akan sangat bermanfaat bagi seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.

Rasa cemburu diantara kaum muslimin hanya akan menimbulkan kesenjangan yang cepat atau lambat menjadikan Islam terpuruk. Oleh karena itu, memendam sikap serta sifat yang buruk (tercela) sebagai seorang muslim terhadap muslim yang lainnya itu hukumnya haram. Balasannya ialah adzab Neraka Jahanam.

Di dalam Islam tidak ada yang namanya ketidak cocokan atau ketidak sesuaian dalam hal prinsip maupun aqidah, iman, dan Islam yang berbeda, karena memang sudah seharusnya hal itu tidak ada didalam benak setiap muslim. Semuanya seharusnya sejalan dan tidak saling bertubrukkan sekalipun terdapat perbedaan madzhab (metoda).

Tata cara beribadah atau madzhab hanyalah metode-metode, sedangkan prinsip serta tujuannya sama yaitu beribadah, mengharap ridha dari Allah Subhanahu wa Ta'ala. Setiap muslim bebas dalam memilih metode-metode yang ingin digunakan, yang tidak memberatkan mereka, dan yang Allah kehendaki terhadap mereka. Tak ada permasalahan disini karena setiap tata cara beribadah atau madzhab (madzhab yang empat*) bersumber dari ajaran Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa salam. Tak ada yang salah, sekalipun tercampur antara madzhab yang satu dengan lainnya.

* Madzhab yang empat: Syafi'i, Maliki, Hambali, Hanafi, bukan seperti madzhab Rafidhah, Zaidiyah, Imamiyah dan lain-lain.

Setiap muslim punya tujuan yang sama yaitu menciptakan perdamaian, persatuan dan kesatuan, kesejahteraan, keamanan, kenyamanan, kehidupan yang lebih baik diatas muka bumi atas dasar iman dan takwa. Dan hanya menuai murka Allah saja, jika faktanya hanyalah perseteruan, perebutan kekuasaan, perselisihan, pertentangan, kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan, kekafiran dan lain sebagainya.

Seluruh inti ajaran syari'at, fikih, perintah serta larangan Allah sudah dijelaskan didalam Al-Qur'an dan As-Sunnah, tak ada lagi kerancuan didalam petunjuk Islam. Segala sesuatunya bisa dimulai dari diri sendiri dan kemudian saling dipertemukan atas kehendak Allah Ta'ala didalam perjalanan menuju harapan-harapan bersama, serta ridha Allah. Tanpa perlu adanya makar, tak perlu adanya konspirasi-konspirasi yang sifatnya bathil. Setiap muslim sudah memiliki buku panduannya masing-masing, hanya tinggal diamanahkan saja. Maka segala bentuk harapan, pertolongan serta ridha Allah akhirnya dapat kaum muslimin raih.

Tak perlu sikap terlalu tegas dan keras dalam menerapkan ajaran syari'at-syari'at Islam (kecuali rukun Iman dan rukun Islam) terhadap para junior yang sesama muslim. Bersikap lunaklah... karena ajaran agama Islam tidak untuk memberatkan umat-umatnya, justru sebaliknya, yaitu memberikan kemudahan bagi setiap orang yang mengharapkan kebaikan.

Tak perlu juga penekanan-penekanan hukum syari'at yang terlihat atau terasa 'kaku' terhadap setiap bentuk aspek/sistem kehidupan. Islam itu seharusnya bersifat fleksibel (selama tidak bertentangan dengan perintah serta larangan Tuhan), dalam menyikapi segala permasalahan hingga Akhir Zaman. Sehingga Islam lebih mudah dalam mencapai suatu keputusan/mufakat yang bermanfaat bagi kehidupan. Dan jika seandainya belum atau tidak bisa, maka bersabarlah, karena biasanya kebenaran itu selalu hadir diantara kesabaran.

Tak perlu juga sikap cemberut atau marah dalam menyikapi segala situasi dan kondisi bangsa. Tersenyumlah, berikan cahaya yang terang benderang bagi bangsa dan negara mu, dan bersyukurlah terhadap segala nikmat yang telah Allah berikan sehingga Allah ridha dan melimpahkan rahmat serta berkah-Nya yang lebih banyak lagi, dan terhadap segala bentuk nikmat yang telah Allah berikan, maka khabarkan lah...

Pesan Langit Biru: Disetiap jengkal hamparan bumi dan langit beserta isinya adalah milik Allah Ta'ala. Yang mana disetiap tempat serta belahan dunia hanya Allah-lah Yang Berkuasa, Pemimpinnya, Rajanya, dan Pemilik Sah-nya. Tak ada permasalahan yang Allah tidak ketahui atau lalai terhadapnya. Semuanya terjadi atas kehendak Allah, tanpa terkecuali. Maka mintalah pertolongan serta perlindungan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, jangan yang lain...


Peace, Love with Music - Langit Biru Band

Tidak ada komentar:

Posting Komentar