Senin, 08 Februari 2016

Dilema Popularitas

Bismillahirrahmanirrahiim....

Popularitas yang bagi sebagian orang awam adalah simbol dari kekayaan ataupun kekuasaan, ternyata pada logikanya tidaklah benar sama sekali.

Menurut saya popularitas itu lebih cendrung sebagai bentuk cemeti pengembangan usaha yang lebih keras, lebih cerdas, lebih kreatif dan inovatif dan bertambahnya beban tanggung jawab. Oleh karena itu popularitas juga bisa diibaratkan seperti pisau bermata dua. Di satu sisi bisa memberikan kamu peluang serta kesempatan yang lebih luas dan satu sisinya lagi bisa jadi bumerang yang sewaktu-waktu menyerang diri kamu sendiri.


Kenapa saya bisa mengambil kesimpulan seperti itu adalah bukan karena rasa cemburu akan popularitas seseorang, melainkan karena saya sempat memikirkan hakikat sesungguhnya dari arti sebuah popularitas. Dan bagi kamu-kamu yang ingin sukses juga penting untuk memikirkan hal ini, biar tidak terjebak didalam belenggu-belenggu popularitas.

Kalau dipikir-pikir, popularitas ibarat switch 'ON' yang memaksa kita untuk menggali potensi pada diri kita untuk menjadi lebih baik dan jauh lebih baik lagi. Popularitas akan terus mendera kita untuk mengerahkan segenap kemampuan secara maksimal tanpa ada batasnya. Batasan bagi popularitas adalah seperti yang banyak kita pahami dengan 'turun daun' (lawan kata dari naik daun -penj).

Jadi popularitas yang dicapai oleh orang-orang yang populer/terkenal bukan berarti waktunya untuk bersantai dan berleha-leha, justru sebaliknya, bahwa kita harus mempersiapkan banyak langkah-langkah maju atau ide-ide inovatif berikutnya agar bisa terus mendukung popularitas itu sendiri.

Popularitas juga bisa merubah kepribadian orang-orang yang pernah hidup bersamanya menjadi 'negatif person'. Misalnya karena rasa takut akan kehilangannya, atau karena tekanan-tekanan popularitas itu sendiri yang membuat mereka kehilangan privasi mereka, sehingga mereka berubah menjadi memiliki sifat sombong yang berlebihan (lupa daratan), sikap tamak akan harta, menjadi sangat bengis ketika berhadapan dengan pesaing (musuh), dlsb. Walaupun tidak sedikit juga orang-orang populer yang malah berubah menjadi semakin baik (ramah) dan dermawan. Kesimpulannya, popularitas bisa membunuh karakter siapa saja yang tidak memiliki prinsip hidup (ideologi) yang cukup kuat.

Realitas bahwa fans/penggemar memilih seseorang karena mereka merasa bahwa seseorang tersebut lebih baik. Tapi jika mereka melihat atau menemukan orang lain yang lebih baik lagi, tentu mereka akan lebih menyukai orang yang lebih baik lagi tersebut. Sehingga merupakan sesuatu hal yang mutlak bagi orang yang memiliki popularitas untuk terus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya menjadi lebih baik dan lebih baik lagi, demi menjaga ke-eksistensian popularitas yang mereka miliki.

Ditambah lagi, kehidupan orang-orang terkenal itu tidak sama dengan kehidupan orang-orang biasa. Jika dilihat dari segi biaya serta gaya hidup saja, sudah sangat jauh berbeda. Mereka dituntut dengan tuntutan-tuntutan biaya popularitas yang tergolong lebih dan mahal. Aplikasi standar seperti mobil, gadged, rumah, serta pakaian ber-merek harus melekat dengan nyaman dalam menunjang gaya hidup/life style yang mereka anut.

Jadi intinya selain harus cerdas, menjadi orang populer itu juga harus memiliki sumber pemasukan yang besar. Semakin besar tingkat kepopulerannya, semakin besar juga budged yang harus mereka siapkan. Tetapi gimana caranya??? disinilah tingkat kecerdasan intelektual orang-orang populer diuji...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar