Sabtu, 30 Januari 2016

Meraih Kemenangan Di Atas Penderitaan Orang Lain

Bismillahirrahmanirrahim...

Orang lain yang dimaksud dari judul diatas, sudah pasti orang-orang baik dounk, yang lemah, teraniaya, dirampas haknya, korban ketidakadilan dunia.

Dinegara ini sudah banyak sekali orang-orang yang ditimpa kesialan seperti itu. Mereka adalah korban-korban keserakahan tirani perekonomian dan kekuasaan, egoisme bangsa (orang-orang yang ingin survive sendiri). Tak dapat dipungkiri bahwa semakin banyak saja orang-orang yang tumbang di arena persaingan berdarah di negeri ini. Dari anak-anak yang belum mengerti apa-apa (masih memandang indah kehidupan), sampai orang-orang tua renta (yang sudah lelah menjalani kehidupan sulit) ikut merasakan dampak negatifnya.


Peperangan didalam tubuh perusahaan, organisasi, kelompok masyarakat karena alasan persaingan (tidak sehat/negatif yang melanggar hukum dan ajaran agama) tanpa dasar yang benar, seperti gambaran kehidupan di hutan rimba dimana yang kuat berkuasa dan yang lengah akan binasa. Sulit membedakan siapa kawan, siapa lawan. Di tambah lagi persaingan antar perusahaan, organisasi, kelompok masyarakat yang semakin memanaskan suhu kehidupan sosial dan dampak negatifnya terhadap kesetabilan perekonomian di Indonesia. Yang secara cepat atau lambat akan menjadi bumerang bagi seluruh elemen bangsa dan negara, tanpa terkecuali, menuju gerbang kehancuran.

Budaya kerjasama serta semangat gotong royong sudah tidak dikenal lagi, yang tersisa cuma makar-makar keji untuk saling menghancurkan antar sesama, antar kelompok, antar organisasi, antar perusahaan, antar agama dan makar-makar untuk merusak moral, etika, profesionalisme, serta ajaran-ajaran agama di Indonesia.

Padahal, mana bisa suatu perusahaan akan tetap untung, kalo pekerjanya saja saling menghancurkan satu sama lain, merugikan perusahaan tanpa alasan yang bisa dipertanggung jawabkan. Mana ada negara yang akan tetap berdiri kalo prinsip persaingan hidup yang kejam dan tidak relevan seperti itu sudah tertanam terlalu dalam di benak rakyatnya dan diyakini sebagai satu-satunya cara untuk bertahan hidup (kanibalisme antar manusia)! Seperti binatang buas yang hanya mengikuti insting perutnya, sungguh naif! Apalagi kalo ditinjau bahwa kanibalisme keji yang mereka lakukan juga tidak memberikan banyak cadangan makanan bagi mereka, malah hanya membuat hidup mereka menjadi makin sempit dan sulit (pailit), banyak musuh dan dimunafikan oleh kehidupan yang makin mencekam dan menyeramkan.

Tapi di satu sisi, Indonesia juga baru bisa maju karena adanya persaingan, tapi persaingan yang seperti apa?

Persaingan yang diperbolehkan (atau malah dianjurkan) adalah jika dalam persaingan tersebut menggunakan cara-cara yang baik, berakhlak, beretika, sehat, profesional (cerdas) dan tidak bertentangan dengan hukum serta ajaran agama. Dan bersabarlah untuk tidak melakukan cara-cara yang tidak dibenarkan, curang, keji dan licik, demi kedamaian, keamanan dan kelancaran perekonomian serta sistem mekanisme kehidupan manusia.

Cam'kan baik-baik, bahwa: "Kamu tidak akan pernah mencapai puncak kebahagiaan dalam hidup jika sebagian besar atau seluruh elemen bangsa ini tidak sejahtera, tidak bahagia, tidak cerdas."

Note: Mohon maaf kalau ada ungkapan-ungkapan yang tidak layak, yang terkesan menyidir atau menghina. Percayalah, kami tak pernah bermaksud melakukan hal-hal seperti itu. Toh, pada dasarnya sikap menyindir dan menghina itu tidak ada manfaatnya sama sekali. Kami lebih suka atau lebih memilih untuk memotivasi diri kami dan orang lain agar selalu berpihak kepada kebenaran dan keadilan sebelum menyesal dikemudian hari.

Jangan pernah takut untuk memperbaiki diri sendiri dan menasehati orang lain (selama tidak melanggar privasi mereka -penj). Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan. Dan begitu juga, selalu terbuka lebar jalan untuk 'menebus' setiap kesalahan yang pernah dilakukan, sebelum kita malah mendukung ketidakbenaran dan ketidakadilan yang hanya akan merugikan diri kita sendiri dan orang lain, menghancurkan sendi-sendi kehidupan bangsa dan negara???


Peace, Love with Music -- Langit Biru Band

Tidak ada komentar:

Posting Komentar