Selasa, 26 Januari 2016

Meningkatkan Kesejahteraan Orang-Orang Miskin Demi Kesejahteraan Bangsa

Bismillahirrahmanirrahim...

Simpatik, saya... kalo lagi ngebayangin kehidupan orang-orang miskin. Udah pasti tertindas, bodoh (baca: awam), dan tidak terperhatikan kesehatannya. Sangat berat sich, bagi saya untuk menolong mereka semua. Tapi, satu kesimpulan, bahwa kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan lebih maju hari ini dan esok, lusa, kalo tidak ada orang-orang miskin yang ditolong/tertolong.


Kemandirian untuk Membunuh Bangsa

Kebijakan pemerintah dalam program memandirikan bangsa (minim-subsudi) untuk saat ini, menurut saya, bukanlah keputusan yang bijak. Mungkin masih masuk akal jika untuk orang-orang yang mampudan berada (seperti pemerintah, pengusaha/kapitalis, atau koruptor) untuk bisa menerima keputusan tersebut. Tapi bagi sebagian orang-orang yang tidak mampu dan hidup pas-pasan, itu masih sangat berat. Ditambah lagi, minimnya nilai kopetensi pendidikan yang ada di Indonesia, yang masih sangat jauh tertinggal ketimbang di negara-negara lain. Mana mungkin mereka cukup bekal dalam menjalani kehidupan sulit disaat seperti sekarang ini.

Keegoisan di dalam Pembangunan

Pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah tidak pernah memihak kepada orang-orang miskin. Pembangunan yang bertumpu kepada infrastruktur/prasarana dan bukannya bersifat pembangunan perekonomian dan pensejahteraan (bagi rakyat), tidak mampu dijadikan alasan oleh rakyat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Apalagi jika ditinjau bahwa masyarakat atau penduduk Indonesia itu begitu luas dan terpisah di berbagai kepulauan, apa ada jaminan pemerataan kesejahteraan bagi rakyat? Kalau tidak ada, wajar saja sebagian besar rakyat di Indonesia menjadi panik karena ragu akan kepedulian pemerintah terhadap rakyatnya.

Makin Memanasnya Suhu Politik

Semakin memanasnya suhu politik di Indonesia, sangat disayangkan tidak diimbangi dengan perubahan-perubahan kearah yang lebih baik, terutama yang berhubungan dengan kesejahteraan rakyat. Rakyat seolah-olah diberikan peranan yang sangat penting di setiap kasus politik yang ada di Indonesia, tapi hanya sebatas pemilu saja, setelah itu rakyat kembali dicampakkan dan dibiarkan tidak terurus. Seperti rumput yang bergoyang, tidak pernah diperhatikan, tidak pernah didengar, dan benar-benar dianggap seperti rumput. "Kami juga tidak bisa bertahan hidup, kalo tidak ada air..." kata rumput yang bergoyang.

Harga Kebutuhan Pokok yang Melambung Tinggi

Harga kebutuhan pokok yang terus melambung tinggi, apakah memang seharusnya seperti itu? Kalo bukan karena perut yang harus terus di isi sich, tak perlu ada air mata yang mengalir di pipi rakyat/orang-orang kecil. Hati siapa yang tidak sedih (menderita) kalo melihat anak kecil kelaparan, sementara ibunya tidak mampu memberikan makanan. Dan bagaimana kalo hal itu menimpa sebagian besar rakyat Indonesia, apakah burung-burung masih bisa berkicau dipagi hari? Saya rasa tidak,.. karena mereka memiliki insting (naluri) yang jauh lebih baik daripada manusia, mereka 'tuh lebih peka.

Memang semua kenyataan-keyataan pahit yang saya sebutkan diatas (yang masih sangat sedikit itu) bukanlah hanya salah pemerintah, ataupun rakyat saja. Tapi merupakan tanggung jawab kita bersama sebagai bangsa Indonesia yang beradab, jujur, bertanggungjawab, cerdas, berpikir maju, sehat jasmani dan rohani, gemar bekerja keras dan membangun bersama untuk mulai menciptakan suatu tatanan kehidupan yang lebih baik lagi di hari ini, esok, serta lusa dan untuk selama-lamanya. Janji yach... awas kalo enggak... 'kita semuanya yang akan menanggung rugi' nantinya... wallahu a'lam

Psst, kalo nanti ada yang nanya: "Kamu mending ambil kesalahan atau lari (kabur) dari kesalahan???" Kamu harus jawab dengan bijak: "Ambil kesalahan" yach..yach..yach awas kalo enggak... cuz kalo kamu lari dari masalah juga tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah sama sekali. (Ambil kesalahan itu maksudnya menebus kesalahan-kesalahan yang pernah di perbuat -penj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar