Jumat, 05 Juni 2015

Teman Atau Musuh???

Bismillahirrahmanirrahim...

Di era krisis kepercayaan seperti saat ini, sudah tak aneh kalo maraknya tindak kriminalitas, manipulasi, konspirasi keji (makar terselubung), dan segala bentuk kejahatan-kejahatan lainnya. Dan itu akan selalu mengganggu didalam benak kita terhadap setiap orang yang dekat dengan kita, orang-orang yang kita jumpai, klien/patner bisnis, rekan kerja dan lain sebagainya.

Itu adalah normal (secara psikologis), karena sistem perasaan atau insting manusia itu berasal dari hasil olahan otak (pikiran) dan hati. Berbeda dengan software anti virus yang ada di komputer kamu, yang bekerja berdasarkan sistem pengolahan algoritma yang terprogram untuk melakukan pekerjaannya secara otomatis dalam memilah virus dari sekian banyak file di komputer dan membersihkannya.

Oleh karena alasan psikologis seperti itu, dalam memperbaiki nilai-nilai kepercayaan di dalam benak seseorang, sebagian besar atau banyak orang, menjadi sangat sulit dan rumit. Biasanya dibutuhkan waktu yang cukup lama didalam proses-prosesnya.

Cara kerja sistem kepercayaan pada diri manusia itu bekerja berdasarkan algoritma memorial, kira-kira seperti ini:

Si A, melakukan hubungan/komunikasi dengan si B, dan membentuk sekumpulan memorial-memorial positif di dalam benak si B. Sehingga si B menilai bahwa si A adalah orang baik (positif). Dan disaat hubungan antara si A dan si B semakin dekat dan sering tumbuh kepercayaan di dalam benak si B terhadap si A. Timbulnya rasa percaya didalam benak si B itu dikarenakan banyaknya memorial-memorial positif yang di tanamkan oleh si A, atau si B menilai bahwa si A layak untuk dipercaya. (Tapi perlu diketahui bahwa tingkat sensitifitas kepercayaan tiap-tiap orang itu berbeda-beda loch, tergantung pada tingkat pendidikan, status sosial, jenis kelamin, dlsb serta pengalaman dari setiap individu).

Dan ketika si A melakukan suatu kesalahan terhadap si B, maka akan berpengaruh pula terhadap tingkat kepercayaan si B. Hal itu tergantung seberapa besar kesalahan yang dilakukan si A terhadap si B. Jika kesalahan itu terlampau besar atau tidak sebanding dengan jumlah nilai dari memorial-memorial positif yang pernah si A tanamkan di dalam benak si B, maka si B akan bersikap tidak lagi mempercayai si A. Dan jika si A ingin memperbaiki kesalahan-kesalahannya guna mengembalikan kepercayaan si B, maka si A harus meminta maaf dan menebus segala kesalahannya terlebih dahulu dan baru kemudian memulai kembali dari awal dengan menunjukan sikap-sikap positif di hadapan si B. Dan si B akan memberikan kembali rasa kepercayaannya terhadap si A, jika si B sudah merasa apa yang dilakukan si A cukup untuk di berikan kepercayaan.

Tapi jika si A melakukan kesalahan-kesalahan berkali-kali terhadap si B, dan dalam waktu yang cukup lama secara berulang-ulang, mungkin akan sangat sulit pada akhirnya bagi si A untuk memperoleh kepercayaan dari si B, dan mungkin itu berlaku untuk selama-lamanya.

Yeah kira-kira seperti itu lach. Terus gimana caranya untuk membedakan antara teman dan musuh???

Ada beberapa patokan umum dalam menilai seseorang itu teman atau musuh, antara lain:
  1. Di dalam hubungan bisnis atau kerja sama; hal-hal yang bisa kita tela'ah (pelajari atau kita ambil) adalah tingkat profesionalitasnya. Misal, dari perbandingan keahlian atau tingkat kopetensi dalam hubungan kerja sama, kalau tidak memenuhi standarisasi yang dibutuhkan dalam pencapaian hasil/tujuan kerja sama, berarti.... ???
    (Maksud dari ???: karena level kepercayaan tiap-tiap individu itu berbeda-beda jadi jawabannya nggak ada yang baku, jadi terserah kamu saja... mau menilai apa dan berapa).
  2. Terhadap orang-orang yang baru kita jumpai; hal-hal yang bisa kita jadikan pertimbangan adalah penampilan (tapi jangan hanya men-Judgment from The Cover-nya aja loch, pertimbangkan juga hal-hal lainnya), alasan kenapa orang itu ada di situ (sebagai pedagang, tukang parkir, polisi, pelajar, dlsb), keadaan sekitar (ramai, sepi, atau biasa-biasa aja), tingkat kecantikan/ketampanan (inner beauty/inner handsome), tindak-tanduk (mencurigakan, gemulai, hot sexy abizz, mencuri perhatian, atau biasa-biasa aja), intonasi dalam berbicara (kasar, keras, lemah lembut, ramah, aduhai, atau biasa-biasa aja). Perhatikan juga apakah orang yang baru kita jumpai itu memiliki sifat-sifat layaknya super hero (penolong), atau lainnya yang seperti itu lach...
  3. Terhadap orang-orang yang dekat; hal-hal yang perlu kita pertimbangkan masak-masak antara lain, adab/akhlak/etika/tingkah laku - apakah menunjukan bahwa ia orang yang dekat atau jauh, sikap rela berkorban (kecil, besar, atau sedang-sedang saja), sikap menjaga/melindungi (perasaan: aman, kurang aman, biasa-biasa aja amannya, jika berada di dekatnya), tingkat royalitas (lebay, pelit, sedang) dan loyalitas (penurut, patuh, setia, pembangkang, atau biasa saja), sikap kasih sayang dan pengertian, cemburu meter, dan masih banyak lagi, karena mereka orang-orang yang dekat.
  4. Di dalam hubungan rekan kerja; hal-hal yang harus diperhatikan adalah loyalitasnya terhadap perusahaan, sifat-sifatnya (pekerja keras atau pemalas, setia atau pengkhianat, pecemburu atau supporter, saling membantu atau saling merusak, lover person atau pendendam, baik hati atau jahat hati, jujur atau lempar batu sembunyi tangan, bisa memuji atau bisa memfitnah, dlsb), profesionalitasnya terhadap pekerjaan, sumbangsih/dedikasinya terhadap perusahaan, dlsb.
  5. Dengan melakukan komunikasi-komunikasi yang baik dan sering, akan selalu membantu kamu dalam menilai orang lain.
  6. Tingkat keimanan dan ketakwaannya (muslim), juga bisa dijadikan pertimbangan dalam menilai seseorang. Apakah dia takut kepada Tuhan?, apakah dia takut kepada selain Tuhan?, apakah shalatnya baik?, apakah pemahamannya terhadap ajaran agamanya baik atau tidak?, apakah akhlaknya baik?, apakah rizkinya baik/halal atau tidak?, apakah dia rela berkorban demi agamanya atau tidak?, apakah dia berani membela bangsa dan negaranya diatas kebenaran dan keadilan atau tidak?, apakah dia profesional dalam berbisnis atau tidak?, apakah dia menunaikan zakatnya atau tidak?, dan masih banyak lagi. Dan kalo dia taat serta patuh terhadap segala perintah dan larangan Allah, melakukan seluruh rukun Islam dan rukun Iman serta mengamanahkannya, suka menolong dan mengajak orang lain kepada kebenaran dan keadilan, maka insya Allah dia seorang muslim atau orang yang bisa dipercaya atau orang yang sangat baik.
Ada lagi satu aturan penting, misalkan orang baik seperti saya. Saya suka kebiasaan dalam menilai seseorang sama baiknya dengan saya, tapi sering kali saya salah dalam menilai, ternyata mereka tidak seperti saya. Manusia cendrung menilai orang lain berdasarkan sifat-sifat yang ada didalam dirinya sendiri, dan berpikir bahwa orang tersebut sama dengan dirinya, padahal tidak sama sekali (jauh berbeda).

Note: Kalau kamu tidak ingin krisis kepercayaan ini terus berlarut-larut dan semakin mencekam, hal-hal yang bisa kamu lakukan adalah menjadi pribadi yang muslim, profesional, jujur, setia, penolong, penyabar, dlsb, agar tercipta kehidupan yang lebih baik; negara yang damai sentosa, makmur, bertanggung jawab, maju, dihargai di mata dunia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Percayalah bahwa krisis kepercayaan ini akan hilang dengan sendirinya secara bertahap, insya Allah...

Sekian, semoga bermanfaat bagi kehidupan...


Peace, Love with Music -Langit Biru Band

Tidak ada komentar:

Posting Komentar